RAZZLE E-ZINE

Home

LOCAL NEWS
INT'L NEWS
INTERVIEWS
GIG REVIEWS
ALBUM REVIEWS
ARTICLES
LETTERS FROM HELL
THE EDITOR
ED'S PLAYLIST
UPCOMING GIGS
VENUE GUIDE
DIRECTORIES
BUY T-SHIRTS
VIEW GUESTBOOK
SIGN GUESTBOOK
MESSAGE BOARD
GIG REVIEWS

ari_devilicia.jpg
Devilicia Project (photo courtesy of DP website)

PEREMPUAN BERTERIAK!!

Bulungan Open Air, October 11 2003

Featuring: HEAVENS FIRE, AROUND AFTER FACT, WARHEAD, DEVILICIA PROJECT (Solo), FLIP, INNER STRUGGLE, SILENT SUN, DREAMER, STEPFORWARD, KUBIK (Bandung).

Konser ini sejak lama gue antisipasi dengan besar. Paling nggak ketika temen gue, Arief Yudo dari DIGITAL DUMB SHIT, yang kebetulan juga panitia acara ini ngasih tau tentang event ini pas gue jadi MC untuk acara Hitam-Hitam On Stage #3 di Bulungan tempo hari. The ideas are great! Yeah, secara ideal dan komersial acara ini menarik. Mereka yang punya band dengan minimal satu orang cewek di dalam line-up-nya bisa manggung di acara ini. Hell yes, sangat menarik bagi kaum Adam tentunya hahaha

Misi acaranya juga bagus. Mereka coba melakukan kampanye penghentian segala bentuk kekerasan yang menimpa kaum perempuan. Dan ini nggak sebatas konser, karena Jia Communications selaku organizer acara ini juga menggelar pameran, pemutaran film dan diskusi tentang kekerasan terhadap perempuan di siang harinya. Too bad, gara-gara ada famili yang menikah gue harus ketinggalan semuanya.

Hari Sabtu itu, ketika senja menjelang, sebenernya hujan lumayan besar mengguyur beberapa wilayah ibukota. Gue sempet berpikir kalo wilayah Bulungan dan sekitarnya bakalan basah juga. Ini bakal repot dan ngeselin, karena acara ini digelar di udara terbuka. Untungnya tebakan gue salah, karena ternyata hujan agaknya menjauh dari wila yah sana. Must be kerjaan dukun neh hahahahaha.

Udara di Bulungan malam itu cukup dingin. Beda jauh dengan malam minggu sebelumnya dimana sempat digelar Metal Evolution Festival 2003 di sana. Metal = Panas! Kaget juga gue ketika sampe di depan pintu masuk ternyata banyak anak-anak nongkrong tapi nggak ada antrean beli tiket! Padahal dari dalam gue udah denger musik meraung-raung keras. Kabarnya HEAVENS FIRE yang lagi manggung. Hey, apa lagi yang anak-anak ini tunggu?

Ah, sebelom gue masuk ke dalam, mungkin ada bagusnya gue sharing sedikit hal yang udah mengusik di pikiran gue sejak lama ini sama lu orang semua. Memang seharusnya hal yang satu ini gak gue bahas di sini karena akan sedikit mengganggu jalannya live reports dari TKP tapi.persetanlah! Masalah gawat, bung!

Jadi ini masalah Budaya Beli Tiket, gitu loh (in eibiji accent)! Seberapa sering lu orang semua datang ke satu acara dan membeli tiket? Coba lu jawab dengan jujur dalam hati masing-masing. Sekarang bandingin dengan contoh kasus yang satu ini. Band lu ngetop berat di scene dan tiap manggung bisa bawa rombongan yang lebih besar dan lebih banyak dari Tim Olimpiade Zimbabwe sekalipun.

Tujuannya cuma satu, biar massa yang lu bawa ini bisa pogoin atau moshingin band lu pas manggung nantinya. Kedengerannya rada maksa dan bego memang, tapi okelah, sampe situ emang gak ada masalah. Toh, kadang panitia juga punya guest list atau bisa ngelebihin jumlah crew walaupun sebenernya banyak di antara crew-crew band lu ini yang doing nothing. None, zip, zero! Kalo panitia nolak kontingen besar karena udah melebihi kuota yang dijanjikan dalam kontrak, lu sebagai orang yang berpengaruh di scene mulai maksa-maksa agar kawan-kawan tolol lu itu masuk semua ke dalam venue. Kita nggak manggung kalo mereka nggak masuk semua, gitu kata lu dengan jumawanya. Konon ini demi solidaritas dan menjaga nama baik lu di tongkrongan. (Sorry dorry neh sebelumnya) Anjiiingggg, itu mah parasit namanya, bukan solidaritas, goblokkk!

Kasus seperti di atas sering banget terjadi di dalam scene kita. Malah banyak yang lebih parah lagi contoh-contohnya. Belagak ngomong personel belum lengkaplah sampe debat-debat kusir yang sebenernya gak perlu diributin terjadi juga. Biasanya posisi panitia lemah dan kerap jadi pelengkap penderita doang di sini. Such a fool. Padahal kalo gak ada panitia-panitia yang udah kerja keras dan repot-repot-ria bikin konser kayak gini, band lu mau manggung di mana, bangsath? Mo manggung di Arab, hah?

Kalo mereka tiap bikin acara rugi mulu, karena yang beli tiket sedikit dan yang minta jebolan nambah banyak, sapa yang rugi coba? Sapa yang rugiiiiiiii????? Jawab!!! Bisa satu dekade baru ada konser musik keras lagi nantinya, bung! Coba berpikir maju dan show em some respects atas kerja keras mereka, dong! Pikirkan kalo kalian yang menjadi panitia dan rasain sendiri hal-hal menyebalkan kayak gini terjadi sama diri kalian sendiri. For fucks sake, please think about it, damned!

Terus terang gue juga punya problem ama kawan-kawan dekat gue yang masih punya mental primitive kayak gitu. Hanya bisa berharap mereka udah tercerahkan dan terbebaskan dari attitude jebolan sialan itu! Amen!

Sampe di dalam venue ternyata bener dugaan gue. Penonton gak banyak, sekitar 100-150 orang gitulah. Untungnya, sound system terdengar mayan jernih dan bagus. Di atas panggung gue liat AROUND AFTER FACT lagi manggung. Agaknya mereka band metalcore. Vokalis ceweknya gahar juga. Not bad untuk ukuran band pendukung (supporting act). Next, weve got INNER STRUGGLE. Umm, udah lama juga nggak nonton cewek-cewek positive crew ini manggung. Terakhir nonton mereka di acara Jakarta Brisixx di Nirvana Café, kalo gak salah. Memang gak semuanya cewek seh, karena selain Eri (bas), Kiki (gitar) dan Rani (vox), masih ada Rama yang menghandle drum. Hes the only man.

Setelah terganggu beberapa kali dengan trouble pada jack gitar Kiki, akhirnya mereka mulus menggelontorkan satu lagu milik The Cranberries, Promises. Of course dalam aransemen mereka sendiri, yang berstyle emo-metalcore. Mantap. Selain lagu sendiri yang dibetot dari 4-way-split mereka, INNER STRUGGLE sempet juga mengcover Slice Paper Wrist miliknya Poison The Well. Keren. Although masih kurang kompak tapi band ini masuk list band favorit gue sekarang, nggak terkecuali untuk pemain basnya yang manis itu. Hi there, sweety.. ;)

DEVILICIA PROJECT. Electronics outfit asal Solo (my motherland too:) ini dulu sempet gue tonton di festival musik elektronik Jogja tahun 2001, Parkinsound #3. Waktu itu gue nggak terlalu keep an eye sama mereka, tapi sekarang ini mereka cukup banyak progress kayaknya. Biar manggung minus instrumen drum, tapi musik yang mereka mainkan terdenger cukup penuh. GARBAGE meets NIN? Fuck yeah. Two thumbs up buat Ari, frontwoman yang punya stage act sangat menghibur. Shes a great entertainer, I guess. Nggak terlalu banyak basa-basi dengan penonton, tapi terlihat sangat enjoy dan diggin the dirt. Hey, even penonton pun menyukainya. Ummm, Ari cukup mengingatkan gue dengan Shirley Manson. Well, what can I say, their show was a fukking dope to me! Band ini juga ikut menambah panjang deret list band favorit gue selama ini. Looking forward for their releases soon 

WARHEAD menyusul kemudian. Band thrash core asal Depok (Pasar Minggu?) ini awalnya buat gue cukup membosankan. Just another ordinary crust core outfit yang banyak ngumbar scream/growl dan sederet gempuran-gempuran beat dan distorsi yang gak jelas. Itu awalnya, tapi di beberapa lagu selanjutnya gue ternyata mulai menikmatinya. Hey, Ira, salah satu vokalisnya punya karakter vokal yang killer dengan pitch yang tinggi pula. Gue menominasikan dia untuk mempercepat pensiunnya Jennifer Jill of STEPFORWARD. Hahahajust kiddin anyway.

Seharusnya ada NOTHING, band hardcore Jogja yang ikutan manggung di acara ini. Cuma karena ketiadaan instrumen gitar dan bass (yang memang awalnya dijanjikan bakal ada oleh panitia) mereka akhirnya urung manggung. Bahkan ketika panitia udah mendapatkan semua instrumen itu mereka tetap nggak mau manggung. Jangan dikira penonton nggak ikut memanggil-manggil nama band mereka, teteup aja mereka nggak tampil. Setelah jauh-jauh dateng? Ngambek? How stupid

FLIP. Band mellow punk ini adalah proyek terakhirnya Greg, yang dulu dikenal sebagai gitarisnya GALLERY (remember Cindy Fatika Sari?). Malam itu lebih banyak mengcover lagu band luar, di antaranya BLINK 182 dan NEW FOUND GLORY (My Friends Over You). Nggak banyak beda (nggak banyak kemajuan?) dengan pertama kali gue nonton mereka live di Nirvana Café tahun lalu. Ayu, vokalisnya yang kiyut itu memang komunikatif dengan audiens, tapi selain hal itu kayaknya nggak bisa berharap terlalu banyak dengan band satu ini. Next.

SILENT SUN. Band goth rock Jakarta ini dari awal udah gue prediksi bakal membosankan. Dan ya, ternyata memang membosankan..(not my cup of tea?) Diluar musik, dress code mereka yang cenderung gelap menawan (Cetra, vokalis, memakai gaun hitam ala penyihir from the stone age) itu bolehlah. Tapi perut ini lapar, kawanmari kita makan. Yeah, so be it.

DREAMER. Band power/goth metal ini baru seminggu sebelumnya gue tonton di tempat yang sama. Bedanya, kali ini mereka main lebih rapi dan fokus. Satu lagu dari NIGHTWISH (damn, I forgot the title!) dan Karbala, hit single mereka di album kompilasi Metalik Klinik VI lumayan menghangatkan suasana yang kian dingin menusuk tulang (its already 1 AM!). Penonton yang bukan kebetulan didominasi hc kids juga cukup apresiatif dengan mereka tampaknya. Vokal Rika yang berstyle opera singer itu memang dahsyat, cuma sayang ini nggak diimbangi sama komunikasi yang bagus dengan penonton. Dia berteriak-teriak ke seluruh penonton bagaikan penyanyi dangdut kacangan! She goes like this, ada anak metal gak disineeeeeehhh?? Ada anak metal gak di sineeeeeeeehhhh? O my gawd, could u behave a lil bit, sister? Jaim, jaim! O ya, Gue sempat melihat Otong dan Leon dari KOIL memberikan applaus besar buat DREAMER setelah mereka tuntaskan lagu terakhir. They seems love it!

Two more bands left. STEPFORWARD dan KUBIK. Gue lihat Stevy (gitar) ikut manggung dengan STEPFORWARD malam ini. How lucky I am. Kayaknya udah setahun lebih gue nggak nonton dia manggung bareng SF. Kesibukan sebagai session player di DEWA dan di beberapa mainstream acts membuat kakak kandung Audy ini sering absen di konser-konser STEPFORWARD. Pas ketemu di backstage dia juga sempat cerita kalo besok paginya mesti ngejar pesawat ke Makassar untuk mengawal penampilan Ari Lasso. Dasar gitaris pecun hahahaha. 

Udah dua lagu digeber SF, penonton tetap tidak bergeming dari tempatnya. O ya, dari awal gue lupa bilang kalo penonton kali ini kayaknya lebih seneng anteng menyimak dibanding pogoing, moshing or even stage diving. Whats wrong, people? Untuk beberapa saat Jill sempet bingung dengan sikap penonton yang terbilang adem untuk ukuran rock show. Ternyata dia salah.

Tepat di intro lagu ketiga yang berjudul Perempuan, audiens di sayap kiri tiba-tiba pecah. Untuk beberapa detik gue pikir itu sebuah hal yang biasa. Tapi, hey, ada sebagian penonton berlari menjauh dari lingkaran itu. Anjiing, terjadi pukul-pukulan, kejar-kejaran, lari-larian. Kurang jelas siapa dipukul dan siapa memukul, keadaan cukup gelap soalnya. Wah, ini ribut, pasti ribut. Dan ya, ternyata ribut. The tension is getting high. Ternyata terjadi salah paham aja dan situasi cepat terkendali. SF sendiri terus bermain dan nggak terprovokasi kejadian itu. Baguslah(untuk beberapa saat doang ternyata, sebelum akhirnya the real mayhem terjadi).

Mosh pit di bibir panggung kian mengganas ketika SF menggeber lagu Ruang. Rangkaian monitor speaker mulai menjadi korban injakan mereka yang sibuk ber-stage diving. Pemandangan biasa sebenernya, sampai akhirnya beberapa orang idiot tiba-tiba naik ke atas panggung dan mulai memukuli beberapa penonton dengan membabi buta. Bakbukbakbukterjadi pergumulan bebas, free style fighting di atas panggung! Out of control, chaossssss. Whoa!!!      

Konser SF pun terhenti karena keributan bodoh ini. Tiba-tiba saya mendapati Jill sudah berdiri di belakang set drum Tedja. Fadly (bas) diamankan karena sempat mempopor dengan bassnya seseorang yang kegep menghajar salah seorang kru SF. Untuk beberapa saat, masing-masing pihak yang bertikai saling mengintai satu sama lain. Mungkin karena ributnya massal, mereka tidak aware lagi mana kawan dan mana lawan. Sungguh tolol suasananya waktu itu.

SF pun meninggalkan panggung yang semrawut dan tidak menuntaskan lagu terakhirnya. Panitia terlihat sibuk menenangkan massa penonton yang sebenernya tidak beringas sama sekali. Sekali lagi ini terjadi karena salah paham saja. Massa pogo dan stage diving itu biasa, tapi ketika speaker monitor yang harganya jutaan rupiah mulai terinjak-injak jelas saja semuanya jadi luar biasa hehehehe.

KUBIK hampir gagal manggung karena peristiwa ini. Acara terancam anti-klimaks. Pihak sound system ngambek karena keributan konyol tadi. Satu persatu mike di atas panggung mulai dicopoti dari standnya. Massa mulai berteriak-teriak memanggil KUBIK yang sebenernya emang udah siap sedia di samping kanan panggung. Negosiasi berjalan alot, sementara pihak sound system tidak bergeming dengan keputusannya. Gun, manajer KUBIK (juga manajer KOIL) tiba-tiba emosional dan menendangi bass drum serta beberapa stand mike di atas panggung. Mungkin kesal karena bandnya gagal manggung.

Penonton tetap berteriak-teriak memanggil KUBIK. Tiba-tiba Otong KOIL naik ke atas panggung dan berkhotbah sejenak seakan menenangkan penonton (sekali lagi, penonton sebenernya biasa-biasa aja, tidak ganas, tidak pula beringas, they just want KUBIK to play, thats it!). Otong malah sempat secara terbuka minta maaf kepada STEPFORWARD. Lho? WTF? Ummm, bagi mereka yang masih ingat insiden bir kencing pasti akan cepat mengerti apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Sikap gentle Otong ini disambut acungan jempol Fadly yang langsung bergerak maju ke bibir panggung. Gue sendiri amazed. Semuanya berlalu begitu cepat. Terlalu banyak kejutan malam ini, termasuk ketika KUBIK akhirnya bisa manggung juga dengan begitu kerennya.

Ah, malam yang luar biasa

(wenz@rock.com)